Makalah Mahabbah dunia ilmu |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti selalu mempunyai keinginan
untuk dekat dan dicintai oleh tuhannya yang dalam Islam dikenal dengan
istilah mahabbah. Namun, tidak semua orang mampu untuk mahabbah, dikarenakan
mahabbah bukanlah merupakan hal yang mudah.Mahabbah merupakan rasa cinta yang
mendalam terhadap Tuhannya, dengan tujuan untuk mencintai dan dicintai oleh
Tuhan. Orang yang telah mendapat rasa mahabbah ini maka dia akan mendapat rasa
ketenangan. Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mencapai mahabah.
Kita selaku umat muslim sekiranya harus mampu
mencapai mahabbah demi mendapat kehidupan yang tenang dan damai. Oleh karena
itu, maka kamipun menulis makalah ini sebagai salah satu alat untuk penjelasan
tentang mahabbah.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian mahabbah ?
2.
Apa dasar ajaran mahabbah ?
3.
Apa tujuan dan kedudukan mahabbah ?
4.
Apa alat untuk mencapai mahabbah ?
5. Apa
Hikmah mahabbah ?
BAB II
PEMBAHASAN
Mahabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam
mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari
al-baghd, yakni cinta lawan dari benci.
Mahabbah
adalah
suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang
dicintai (Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai.
Al mahabbah dapat pula berarti Al Waduud yakni yang
sangat kasih atau penyayang. Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai
Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan
kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan
seluruh diri kepada-Nya (Mustafa,1999:110)
Imam al Qusyairi, pengarang
Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba
sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia
kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum
untuk semua hambaNya. menurut Qusyairi dinamakan Rahmat. kemudian jika irâdah
yang tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka Allah (ghadlab)
(Sholihin,2005:95).
Ajaran mahabbah memiliki
dasar dan landasan, baik di dalam Alquran maupun Sunah Nabi SAW.
1. Dalil-dalil dalam al-Qur’an, misalnya sebagai berikut:
1) QS. Al-Baqarah ayat 165
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman, sangat besar cinta mereka kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan
bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
2) QS. Ali Imran ayat 31
“ Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
2. Dalil-dalil dalam hadis Nabi Muhammad SAW, misalnya sebagai berikut:
ثَلَاثٌمَنْكُنَّفِيهِوَجَدَحَلَاوَةَاْلإِيمَانِأَنْيَكُونَاللهُوَرَسُولُهُأَحَبَّإِلَيْهِمِمَّاسِوَاهُمَاوَأَنْيُحِبَّالْمَرْءَلاَيُحِبُّهُإِلاَِّللهِوَأَنْيَكْرَهَأَنْيَعُودَفِيالْكُفْرِكَمَايَكْرَهُأَنْيُقْذَفَفِيالنَّارِ
a.
“Tiga hal yang barang siapa
mampu melakukannya, maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: pertama Allah
dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; kedua: tidak mencintai
seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci kembali kepada kekafiran
sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka.”
لاَيُؤْمِنُأَحَدُكُمْحَتَّىأَكُونَأَحَبَّإِلَيْهِمِنْوَلَدِهِوَوَالِدِهِوَالنَّاسِأَجْمَعِين
b.
“Tidak beriman seseorang dari
kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.”
(http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/-13-Mei-2016.jam:11.30.).
3. Dasar Filosofis
Dalam mengelaborasi dasar-dasar
filosofis ajaran tentang cinta (mahabbah) ini, al-Ghazali merupakan
ulama tasawuf yang pernah melakukannya dengan cukup bagus. Menurut beliau, ada
tiga hal yang mendasari tumbuhnya cinta dan bagaimana kualitasnya, yaitu sebagai
berikut:
a.
Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan
pengetahuan (idrak)
b.
Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan
c.
Manusia tentu mencintai dirinya
(http://ngajiislam.blogspot.com/2010/07/cinta-menurut-kajian-tasawuf.html-13-Mei-2016.jam:15.04.).
Tujuan mahabbah adalah untuk memperoleh kesenangan
batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh
jiwa.
Mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu
berdampingan dengan ma’rifah, baik dalam kedudukan maupun pengertiannya.
Ma’rifah adalah merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati
(alQalb), maka mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta(roh).
Dengan demikian kedudukan mahabbah lebih tinggi dari ma’rifah (Simuh,1996:88).
D. Alat Untuk
Mencapai Mahabbah
Harun Nasution mengatakan bahwa
dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat dipergunakan untuk berhubungan
dengan Tuhan. Pertama, al-qalb( القلب ) hati sanubari,
sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, roh ( الروح )
sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga sir (سر ),
yaitu alat untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh, dan roh lebih
halus dari qalb. Kelihatannya sir bertempat di roh, dan roh bertempat di qalb,
dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari Allah, kalau qalb dan roh
telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi apa pun (Mustafa,1999:55)
- Untuk pengasihan, daya tarik, penakluk segala hati orang, dan kewibawaan atau kharismatik dan mendapat jodoh serta menghindari pasangan dari perselingkuhan.
- Mempunyai energi secara halus untuk menaklukkan siapapun dengan energi pengasih (daya tarik) serta ia menjadi orang yang berwibawa dan dihormati banyak orang.
- Amalan Hikmah Mahabbah sebagai ikhtiar batin untuk menjaga cinta kasih Anda.
- Mendapatkan berkah yang menjaga, memelihara cinta serta persahabatan Anda dengan orang yang Anda sayangi atau cintai.
- Keluarga menjadi rukun harmonis, tentram dan mengharmoniskan hubungan sosial dengan orang lain. Dan menjadi keluarga sakinah mawadah waramah (Simuh,1996:44-46).
Hampir seluruh literatur
bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang memperkenalkan ajaran mahabbah
adalah robi’ah al-adawiyah.Robi’ah al-adawiyah adalah seorang jahid perempuan
yang amat besar dari Basyrah, di Iraq. Ia hidup antara tahun 713-801 H, ia
meninggal dunia dalam tahun 185 H / 796 M. Menurut riwayat ia adalah seorang
hamba yang kemudian dibebaskan dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadat,
bertaubat dan menjauhi hidup. Ia hidup dalam kesederhanaan dan menolak segala
bantuan material yang diberikan orang kepadanya, ia tidak mau meminta hal-hal
yang bersifat materi dari tuhan ia betul-betul hidup dalam keadaan juhud dan
hanya ingin berada dekat dengan tuhan (Solihin,2005:30-32).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai
Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk kedalam
diri yang mencintai yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan batiniah yang
sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.Selain itu
juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih,
perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat
sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri
pada Allah swt.
B.
Saran dan Kritik
Saya tahu bahwa makalah ini sangat
kurang lengkap dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami sangat
membutuhkan bantuan untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa.1999.Akhlak
Tasawuf .Bandung:Pustaka Setia.
Sholihin.2005.Akhlak
Tasawuf.Bandung:Nuansa.
Simuh.1996.Tasawuf
Dan Perkembangannya Dalam Islam.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/-13-Mei-2016.jam:11.30.
http://ngajiislam.blogspot.com/2010/07/cinta-menurut-kajian-tasawuf.html-13-Mei-2016.jam:15.04.
Tag :
Makalah Tentang Tasawuf
0 Komentar untuk "Makalah Mahabbah"